Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengembangan adalah proses, cara,
perbuatan mengembangkan (1989: 414). Dan lebih dijelaskan lagi dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia karya WJS Poerwadarminta, bahwa pengembangan adalah perbuatan
menjadikan bertambah, berubah sempurna (pikiran, pengetahuan dan sebagainya)
(2002: 473).
Kegiatan pengembangan meliputi tahapan: perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi yang diikuti dengan kegiatan penyempurnaan sehingga diperoleh bentuk
yang dianggap memadahi. Untuk melakukan kegiatan pengembangan media
pembelajaran diperlukan prosedur pengembangan. Prosedur pengembangan adalah
langkah-langkah prosedural yang harus ditempuh oleh pengembang agar sampai ke
produk yang dispesifikasikan. Prosedur pengembangan media meliputi beberapa
tahap, yaitu perencanaan atau penyusunan rancangan media, produksi media, dan
evaluasi media.
Langkah-Langkah Pengembangan Media Pembelajaran
Secara
garis besar kegiatan pengembangan media pembelajaran terdiri atas tiga langkah
besar yang harus dilalui, yaitu kegiatan perencanaan, produksi dan
penilaian. Sementara itu, dalam rangka melakukan desain atau rancangan
pengembangan program media. Arief Sadiman, dkk, memberikan urutan
langkah-langkah yang harus diambil dalam pengembangan program media menjadi 6
(enam) langkah sebagai berikut:
1)
Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa
2) Merumuskan tujuan intruksional (Instructional objective) dengan operasional dan khas
3) Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan
4) Mengembangkan alat pengukur keberhasilan
5) Menulis naskah media
6) Mengadakan tes dan revisi
2) Merumuskan tujuan intruksional (Instructional objective) dengan operasional dan khas
3) Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan
4) Mengembangkan alat pengukur keberhasilan
5) Menulis naskah media
6) Mengadakan tes dan revisi
1. Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa
Kebutuhan
dalam proses belajar mengajar adalah kesenjangan antara apa yang dimiliki siswa
dengan apa yang diharapkan. Contoh jika kita mengharapkan siswa dapat melakukan
sholat dengan baik dan benar, sementara mereka baru bisa takbir saja, maka
perlu dilakukan latihan untuk ruku, sujud, dan seterusnya.
Setelah kita menganalisis kebutuhan siswa, maka kita juga perlu menganalisis
karakteristik siswanya, baik menyangkut kemampuan pengetahuan atau keterampilan
yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Cara mengetahuinya bisa dengan tes atau
dengan yang lainnya. Langkah ini dapat disederhanakan dengan cara mengenalisa
topic-topik materi ajar yang dipandang sulit dan karenanya memerlukan bantuan
media. Pada langkah ini sekaligus pula dapat ditentukan ranah tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai, termasuk rangsangan indera mana yang diperlukan (audio,
visual, gerak atau diam).
contoh melakukan identifikasi
kebutuhan dan karakteristik siswa:
Siswa MI diharapkan sudah
berprilaku hidup sehat dengan rajin menggosok gigi, membuang sampah pada
tempatnya, mandi 2 kali sehari, selalu berpakaian rapih dan tidak jajan
sembarangan. namun dalam kenyataannya tidak sesuai dengan harapan. dengan
demikian terjadi kebutuhan bagaimana meningkatkan sikap siswa untuk hidup
bersih.
Adanya kebutuhan tersebut
seyogyanya menjadi dasar pijakan dalam membuat media pembelajaran, sebab
dengan dorongan kebutuhan inilah media dapat berfungsi dengan baik. dan media
yang digunakan siswa, haruslah relevan dengan kemampuan yang dimiliki
siswa.
|
2. Merumuskan tujuan instruksional (Instuctional objective) dengan operasional dan khas.
Untuk dapat merumuskan tujuan instruksional dengan baik, ada beberapa ketentuan
yang harus diingat, yaitu:
a. Tujuan instruksional harus berorientasi kepada siswa. Artinya
tujuan instruksional itu benar-benar harus menyatakan adanya prilaku siswa yang
dapat dilakukan atau diperoleh setelah proses belajar dilakukan.
b. Tujuan harus dinyatakan dengan kata kerja yang
operasional, artinya kata kerja itu menunjukkan suatu prilaku/perbuatan yang
dapat diamati atau diukur.
Beberapa
contoh dari kategori kata operasional adalah sebagai berikut:
Kata
Kerja Operasional
|
Kata
Kerja tidak Operasional
|
Mengidentifikasikan
Menyebutkan
Menunjukkan
Memilih
Menjelaskan
Menguraikan
Merumuskan
Menyimpulkan
Mendemostrasikan
Membuat
Menghitung
Menunjukkan
Menemukan
Membedaka,
dll
|
Mengerti
Memahami
Menghargai
Menyukai
Mempercayai
Dan
lain-lain
|
Sebuah
tujuan pembelajaran hendaknya memiliki empat unsur pokok yang dapat kita
akronimkan dalam ABCD (Audience, Behavior, Condition, dan Degree).
Penjelasan dari masing-masing komponen tersebut sebagai berikut:
A =
|
Audience adalah menyebutkan sasaran/audien yang dijadikan sasaran
pembelajaran
|
B =
|
Behavior adalah menyatakan prilaku spesifik yang diharapkan atau
yang dapat dilakukan setelah pembelajaran berlangsung
|
C =
|
Condition
adalah menyebutkan kondisi
yang bagaimana atau dimana sasaran dapat mendemonstrasikan kemampuannya atau
keterampilannya
|
D =
|
Degree adalah menyebutkan batasan tingkatan minimal yang
diharapkan dapat dicapai.
|
Contoh
Rumusan Tujuan Pembelajaran:
Setelah
mengikuti praktek sholat, siswa kelas 6 MI dapat mempraktekkannya
©
(A)
(B)
(sholat)
dengan benar
(D)
Siswa
kelas VI SD
dapat menyebutkan pulau-pulau besar yang ada di
(A) (B)
Indonesia
dengan benar
(D)
3. Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya Tujuan |
Penyusunan rumusan butir-butir materi adalah dilihat dari sub kemampuan atau
keterampilan yang dijelaskan dalam tujuan khusus pembelajaran, sehingga materi
yang disusun adalah dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan dari kegiatan
proses belajar mengajar tersebut. Setelah daftar butir-butir materi dirinci
maka langkah selanjutnya adalah mengurutkannya dari yang sederhana sampai
kepada tingkatan yang lebih rumit, dan dari hal-hal yang konkrit kepada yang
abstrak.
Contoh Rumusan Butir-butir Materi
dari Rumusan Tujuan Pembelajaran di atas:
a. Praktek Sholat b. Nama Pulau-pulau Besar yang ada di Indonesia 4. Mengembangkan alat pengukur keberhasilan |
Alat
pengukur keberhasilan seyogyanya dikembangkan terlebih dahulu sebelum naskah
program ditulis. Dan alat pengukur ini harus dikembangkan sesuai dengan tujuan
yang akan dicapai dan dari materi-materi pembelajaran yang disajikan. Bentuk
alat pengukurnya bisa dengan tes, pengamatan, penugasan atau cheklist prilaku.
Instrumen
tersebut akan digunakan oleh pengembang media, ketika melakukan tes uji coba
dari program media yang dikembangkannya. Misalkan alat pengukurnya tes, maka
siswa nanti akan diminta mengerjakan materi tes tersebut. Kemudian dilihat
bagaimana hasilnya. Apakah siswa menunjukkan penguasaan materi yang baik atau
tidak dari efek media yang digunakannya atau dari materi yang dipelajarinya
melalui sajian media. Jika tidak maka dimanakah letak kekurangannya. Dengan
demikian, maka siswa dimintai tanggapan tentang media tersebut, baik dari segi
kemenarikan maupun efektifitas penyajiannya.
Sebagai
salah satu contoh tentang alat pengukur keberhasilan dari media yang
dikembangkan oleh guru adalah sebagai berikut:
5. Menulis Naskah Media
6. Mengadakan Tes atau Uji Coba dan Revisi
Rumusan
Tujuan
|
Rumusan
Materi
|
Alat
Pengukur (Tes)
|
Siswa dapat menyebutkan minimal 5 pulau
besar yang ada di Indonesia dengan benar
|
Nama-nama pulau Besar yang ada di
Indonesia
|
Sebutkan minimal 5 nama-nama pulau
besar yang ada di Indonesia
|
Siswa kelas VI MI dapat
mempraktekkan tata cara sholat dengan benar
|
Tata Cara Sholat
|
·
Sebutkan bacaan ketika Ruku, I’tidal dan Sujud
·
Tunjukkan gerakan ruku dan I’tidal
|
Dari
contoh di atas, jelaslah bahwa penyusunan alat ukur keberhasilannya harus
berdasar dari rumusan tujuan dan materi pembelajaran yang akan diajarkan
melalui media pembelajaran tersebut.
5. Menulis Naskah Media
Naskah
media adalah bentuk penyajian materi pembelajaran melalui media rancangan yang
merupakan penjabaran dari pokok-pokok materi yang telah disusun secara
baik seperti yang telah dijelaskan di atas. Supaya materi pembelajaran itu
dapat disampaikan melalui media, maka materi tersebut perlu dituangkan dalam
tulisan atau gambar yang kita sebut naskah program media.
Naskah
program media maksudnya adalah sebagai penuntun kita dalam memproduksi media.
Artinya menjadi penuntut kita dalam mengambil gambar dan merekam suara. Karena
naskah ini berisi urutan gambar dan grafis yang perlu diambil oleh kamera atau
bunyi dan suara yang harus direkam.
Dalam
teknis penulisannya, naskah tersebut dilakukan melalui tahapan-tahapan
sebagaimana bagan berikut ini:
Namun
demikian, sebelum naskah ditulis, maka terlebih dahulu disusun garis-garis
besar program media (GBPM) dan rancangan isi medianya. Bentuk dan cara menyusun
rancangan isi media dapat dilihat sebagaimana diagram dan format flowchart
berikut ini:
Contoh:
Garis-garis ProgramMedia (GBPM)
No
|
Topik
|
Tujuan
Umum
|
Tujuan
Khusus
|
Pokok-pokok
Materi
|
Keterangan
|
1
|
Pelaksanaan Sholat
|
Siswa memahami cara-cara
pelaksanaan sholat
|
1.
Siswa dpt mengidentifikasi rukun-rukun sholat
2.
Siswa dpt melafalkan bacaan sholat
3.
Siswa dpt mempraktekan gerakan tubuh dlm sholat
|
1.
Rukun sholat
2.
Bacaan sholat
3.
Gerakan tubuh dalam sholat
|
1.
Sumber: Buku Fiqih sholat
2.
Alat: perlengkapan sholat
|
Gambar 10:
Flowchart Pembuatan Rancangan Isi Media
ANALISIS
KEBUTUHAN
|
ANALISIS
SISWA
|
ANALISIS
SUMBER
|
TOPIK
|
Tahapan
dalam pembuatan atau penulisan naskah adalah berawal dari adanya ide dan
gagasan yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. selanjutnya pengumpulan
data dan informasi, penulisan sinopsis dan treatment, penulisan naskah,
pengkajian naskah atau revisi naskah, revisi naskah sampai naskah siap
diproduksi. Tahapan tersebut sebagaimana flowchart berikut:
Ada beberapa macam bentuk naskah
program media, namun pada prinsipnya mempunyai maksud yang sama, yaitu sebagai
penuntun dan usaha memproduksi media pembelajaran. Naskah program media terdiri
dari urutan gambar, caption atau grafis yang perlu diambil dengan alat kamera
dan suara atau bunyi yang diambil dengan alat perekam suara. Lembaran naskah
tersebut dibagi menjadi dua kolom, di sebelah kiri terdiri dari gambar, caption
atau grafis. Sedangkan di sebelah kanan berisi narasi atau percakapan yang
dibaca narator atau pelaku, dan suara lain yang diperlukan.
Petunjuk praktis untuk menulis
naskah narasi:
|
ISTILAH-ISTILAH PENTING DALAM
NASKAH MEDIA
SIMBOL
|
PENJELASAN
|
ANNOUNCER (ANN)
|
Pihak yang member informasi
tentang suatu acara akan disampaikan. dapat juga dikatakan bahwa Announcer
berfungsi untuk membuka sebuah program audio
|
NARRATOR
|
Fungsinya hampir sama dengan
fungsi Announcer, namun kalau narator menginformasikan sajian materi. jadi
narator sudah berada dalam program. apa yang disampaikan oleh narator sudah
menjadi bagian dari isi program audio
|
MUSIK
|
Music perlu dituliskan dalam naskah,
yang menunjukkan bahwa pada adegan tersebut perlu disisipkan music yang
sesuai
|
SOUND EFFECT (FX)
|
Adalah suara-suara yang terdapat
dalam program audio untuk mendukung terciptanya suasana atau situasi
tertentu. Sound Effect dapat berupa suara alamiah, atau sengaja dibuat dengan
manipulasi tertentu. seperti suara binatang, suara letusan, dan sebagainya
|
FADE IN DAN FADE OUT
|
Adalah simbol yang artinya bahwa
pada adegan tersebut music masuk secara perlahan (Fade IN) dan jika
music sedang berjalan maka hilangnya pun secara perlahan (fade out)
|
OFF MIKE
|
Situasi dimana suara yang
ditimbulkan seolah-olah dari kejauhan. untuk menimbulkan efek ini sumber
suara harus menjauhi mike
|
IN-UP-DOWN-UNDER-OUT
|
Simbol ini menjelaskan bahwa music
masuk secara perlahan (IN), kemudian naik (UP) setelah music naik secara
optimal maka diperlukan untuk kembali turun secara cepat (DOWN), kemudian
music perlahan rendah dan terus bertahan rendah selama bebefrapa menit (UNDER)
sampai akhirnya music perlahan hilang (OUT)
|
LONG SHOT (LS)
|
Pengambilan yang memperlihatkan
latar secara keseluruhan dalam segala dimensibdan pernbandingannya
|
MEDIUM SHOT (MS)
|
Pengambilan gambar yang
memperlihatkan pokok sasarannya secara lebih dekat dengan mengesampingkan
latar belakang maupun detail yang kurang perlu
|
CLOSE-UP (CU)
|
Pengambilan gambar yang
memfokuskan pada subjeknya atau bagian tertentu. lainnya dikesampingkan
supaya perhatian tertuju kea rah itu
|
Contoh Membuat Naskah Media Grafis
Media grafis (seperti gambar,
poster, grafik, diagram, karikatur, komik) adalah media yang dihasilkan dengan
cara dicetak melalui teknik manual atau dibuat dengan cara menggambarkan atau
melukis, teknik printing, sablon, atau offset, sehingga media ini disebut juga
sebagai printed material atau bahan-bahan yang tercetak.
Prosedur umum dalam merancang media
grafis dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
Pertama,
mengidentifikasi program, dalam hal ini tentukanlah: Nama mata pelajaran, pokok
bahasan, dan sub pokok bahasan, tujuan pembelajaran, atau kompetensi yang
diharapkan, dan sasaran (siswa yang akan menggunajan: kelas, semester)
Kedua,
mengkaji literature, dalam membuat media cetak ini guru selanjutnya menentukan
isi materi yang akan disajikan pada kedua media tersebut. perlu diketahui bahwa
menentukan isi yang akan disajikan pada media cetak dann media presentasi bukan
memindahkan semua isi dalam buku teks, namun perlu dikemas sedemikian rupa
sehingga materi dapat divisualisasikan lebih tepat, merangkum materi yang
disampaikan, jelas dan menarik minat dan perhatian siswa
Ketiga,
membuat naskah. naskah untuk media grafis berisi sketsa visual yang akan
ditampilkan berisi objek gambar, grafik, diagram, objek foto dan isi pesan
visual dalam bentuk teks. naskah untuk media presentasi berupa storyboard
dengan format double kolom berisi kolom visual yang diisi dengan semua tampilan
dan bentuk visual dan kolom audio
Keempat,
Kegiatan Produksi. media cetak dapat dibuat secara manual atau menggunakan
computer. cara manual berarti diperlukan keterampilan khusus untuk menggambar,
melukis atau membuat dekorasi objek grafis. bahan-bahan yang diperlukan seperti
kanvas/kertas, cat air, kuas, minyak, spon, berbagai bentuk hahan, dan
lain-lain. cara kedua menggunakan computer grafis menggunakan software aplikasi
penggunaan gambar dan dicetak dengan printer warna
Contoh: STORY BOARD MANASIK
HAJI
NO
|
VISUAL
|
AUDIO
|
1
|
GRAFIS
|
INSTRUMENTALIA
|
2
|
CAPTION
|
Narrator:
Haji menurut bahasa artinya:
maksud.
Menurut istilah artinya: bermaksud
berkunjung ke Masjidil Haram (ka’bah) untuk tujuan tertentu
|
3
|
Life/LS
|
INSTRUMENTALIA
|
4
|
Narrator: |
Rukun Haji adalah kegiatan yang
harus dilakukan dalam Ibadah Haji. Jika tidak dikerjakan maka Hajinya tidak
syah. Rukun haji ada 5, yaitu: niat, ihram, wukuf di Arafah, thawaf, dan Sa’i
antara shafa dan marwah.
|
5
|
Grafis
|
Ihram ialah permulaan melakukan
manasik haji atau umrah. Ihram ada 3 macam:
.
Ihram Ifrad, yaitu ihram untuk haji saja. Setelah selesai, kemudian ihram
lagi untuk umrah. Ihram Tamattu’, yaitu ihram dari batas daerah tertentu (sesuai dengan daerah
masing-masing) kemudian ihram lagi untuk haji di Makkah. Ihram Qiran, yaitu ihram untuk haji dan umrah bersama-sama
|
6
|
Grafis
|
Narrator:
Wukuf di
Arafah
merupakan rukun haji yang paling
besar. Dalam wukuf tampak persamaan yang merata antara sesame manusia, semua
yang ada menjadi satu dalam persamaan. Waktu wukuf dimulai sejak
tergelincirnya matahari pada hari Arafah (tanggal 9 dzulhijjah) sampai terbit
fajar
|
7
|
Grafis
|
Narrator:
Tawaf Ifadah
Mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 kali,
dilakukan setelah melontar jumroh Aqabah pada tgl 10 Zulhijah
|
8
|
Grafis
|
Narrator:
Sa'i
Berjalan atau berlari-lari kecil
antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak 7 kali, dilakukan setelah Tawaf
Ifadah
|
9
|
Wajib haji ada 3, yaitu:
1. Ihram dari miqat
2. Melempar jumrah 3
kali
3.Tahallul (mencukur rambut
kepala)
|
|
10
|
Lontar Jamrah
Melontar dengan batu kerikil yang
mengenai marma (jamrah ula, wusha dan Aqabah) dan batu kerikil masuk kedalam
lubang marma pada hari nahr dan hari tasyrik.
|
|
11
|
Tahallul:
Bercukur atau menggunting rambut
setelah melaksanakan Sa'i
|
|
12
|
Tertib:
Mengerjakan kegiatan sesuai dengan
urutan dan tidak ada yang tertinggal
|
6. Mengadakan Tes atau Uji Coba dan Revisi
Tes
adalah kegiatan untuk menguji atau mengetahui tingkat efektifitas dan
kesesuaian media yang dirancang dengan tujuan yang diharapkan dari program
tersebut. Sesuatu program media yang oleh pembuatnya dianggap telah baik,
tetapi bila program itu tidak menarik, atau sukar dipahami atau tidak
merangsang proses belajar bagi siswa yang ditujunya, maka program semacam ini
tentu saja tidak dikatakan baik.
Tes
atau uji coba tersebut dapat dilakukan baik melalui perseorangan atau melalui
kelompok kecil atau juga melalui tes lapangan, yaitu dalam proses pembelajaran
yang sesungguhnya dengan menggunakan media yang dikembangkan. Sedangkan revisi adalah
kegiatan untuk memperbaiki hal-hal yang dianggap perlu mendapatkan perbaikan
atas hasil dari tes.
Jika semua langkah-langkah tersebut
telah dilakukan dan telah dianggap tidak ada lagi yang perlu direvisi, maka
langkah selanjutnya adalah media tersebut siap untuk diproduksi. akan tetapi
bisa saja terjadi setelah dilakukan produksi ternyata setalah disebarkan atau
disajikan ada beberapa kekurangan dari aspek materi atau kualitas sajian
medianya (gambar atau suara) maka dalam kasus seperti ini dapat pula dilakukan
perbaikan (revisi) terhadap aspek yang dianggap kurang.
Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan kesempurnaan dari media yang dibuat, sehingga para penggunanya akan
mudah menerima pesan-pesan yang disampaikan melalui media tersebut. Prosedur
tes/uji coba ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam bab yang menjelaskan
tentang evaluasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar